Analisa Pertarungan Politik Puan Maharani Dan Ganjar Pranowo, Sebagai Berikut
Jakarta - Hubungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan inner PDI Perjuangan
tidak harmonis. Elite PDI Perjuangan menganggap Ganjar terlalu
berambisi maju Pilpres berbekal ketenarannya. Di sisi lain, ada nama
Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang juga dijagokan maju Pilpres 2024.
Kondisi ini berbuntut tidak diundangnya Ganjar dalam pembekalan kader
PDIP di Jawa Tengah yang dipimpin Puan Maharani.
Pengamat politik dari Universitas Diponegoro, Teguh Yuwono menganalisis
kekuatan politik Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Kekuatan keduanya
berimbang jika dilihat dari sisi interior dan eksternal.
Dari sisi eksternal, Ganjar lebih unggul. Dia memiliki tingkat
elektabilitas tinggi menurut hasil survei beberapa lembaga. Sebut saja
dalam Indikator Politik Indonesia, Ganjar memiliki elektabilitas 13,7
persen pada Maret 2021. Survei SMRC, Ganjar memiliki elektabilitas 13,2
persen pada Februari-Maret 2021. Survei LSI pada Januari 2021, Ganjar
Pranowo mengantongi 10,6 persen. Survei Charta Politika Indonesia pada
April 2021, Ganjar mendapat 16 persen.
Sementara Puan jauh di bawah Ganjar dari sisi elektabilitas. Indikator
Politik Indonesia mencatat elektabilitas ketua DPR itu hanya 1,1 persen
pada Maret 2021. SMRC mencatat elektabilitas Puan 5,7 persen pada
Februari-Maret 2021. Di Survei LSI pada Januari 2021, elektabilitas Puan
Maharani hanya 0,1 persen. Dan di Survei Charta Politika Indonesia pada
April 2021, elektabilitas Puan Maharani hanya 1,2 persen.
Namun jika dilihat dari sisi inner partai. Kekuatan Puan Maharani jelas
lebih dominan. Sebagai putri mahkota dari Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnoputri.
"Kalau dilihat dari internal partai, tentu Ganjar akan kalah melawan
Puan. Tapi kalau di luar partai, belum tentu Puan akan menang," kata
Teguh Senin (24/5).
"Jadi saya kira kekuatan keduanya 50:50 ya. Tidak bisa dikotomi
kekuatan Ganjar di luar PDIP dan kekuatan Puan di dalam PDIP," katanya.
Sebenarnya kondisi serupa juga terjadi saat Pilpres 2014. Di mana saat
itu PDIP mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden. Padahal Jokowi
bukan trah dari Bung Karno. Tidak ada yang bisa menebak pilihan Ketua
Umum Megawati Soekarnoputri.
"Jadi yang menentukan kalah menang bukan inner partai tapi ketua umum," katanya.
"Khusus PDIP, saya kira hanya bu Mega dan Tuhan yang tahu, karena bu
Mega di PDIP kan diberi otoritas penuh, hak prerogatif penuh".
Satu Konsep Pemenangan
Dia melanjutkan, konsep pemenangan Presiden harus menjadi satu kesatuan antara kandidat yang dicalonkan dengan partai pengusungnya."Ini dinamika yang akan mempola di 2024, tapi tidak bisa. Ini kan ada kesan seolah-olah Ganjar akan melawan Puan. Tapi kan di inner sendiri belum clear. Saya kira ini hanya warming up menuju 2024 saja," kata Wakil Dekan I FISIP Undip ini.
Teguh meyakini, Megawati akan memilih dengan bijak. Sosok kader terbaiknya yang akan diusung menjadi pemimpin Indonesia menggantikan Presiden Jokowi.
Dia melihat, Megawati sudah sangat berpengalaman dalam hal ini. Sekalipun kondisinya cukup dilematis.
"PDIP itu kan partai yang penuh dengan pengalaman. Saya yakin bu Mega punya banyak perhitungan siapapun yang akan maju," kata Teguh.
"Semuanya serba mungkin ya. apakah prabowo, Puan, ganjar atau siapapun. Saya kira masuk dalam hitungan bu Huge," imbuhnya.
Diketahui bahwa pada Sabtu (22/5) kemarin, Ganjar tidak diundang dalam acara HUT PDIP ke-48 di Kantor PDIP Jateng Panti Marhaen Semarang.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapillu) PDIP Bambang Wuryanto menilai Ganjar tidak diundang karena selama ini terlihat berambisi maju Pilpres 2024. Kondisi ini membuat internal partai tidak harmonis. Terlebih belum ada keputusan ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Komentar
Posting Komentar